Monday 25 April 2016

WALAU BEDA PENDAPAT, TETAP SALING MENGHORMATI DAN MEMUJI



Satu kisah menarik terjadi ketika Imam Muhammad ibn Hasan Asy Syaibani, salah satu murid utama Imam Abu Hanifah mengunjungi Imam Malik dengan tak dikenali. "Bagaimana hukumnya", tanya Muhammad ibn Hasan, "Jika seorang lelaki yang sedang junub mendengar adzan. Tapi dia tak menemukan air untuk mandi, sedangkan dia tahu bahwa di dalam Masjid ada air."
"Orang junub tidak boleh masuk Masjid", jawab Imam Malik.
"Tapi dia mendengar adzan dan sudah seharusnya ikut shalat berjama'ah bukan?"
"Ya, tapi dia tidak boleh masuk Masjid sebelum bersuci."
"Jadi apa yang harus dia lakukan?", desak Imam Muhammad ibn Hasan.
"Aku tidak tahu", jawab Imam Malik.
Imam Muhammad ibn Hasan menghela nafas lalu berkata, "Seharusnya lelaki itu bersuci dengan tayammum dulu untuk masuk Masjid. Lalu dia mengambil air dari dalam Masjid kemudian keluar untuk mandi. Lalu masuk Masjid lagi untuk shalat." Sang penanya ini lalu mohon diri.
"Siapakah engkau ini?", tanya Imam Malik.
"Saya 'Abdullah, hamba Allah."
"Dan dari manakah?"
"Asal saya dari tanah", jawab Muhammad ibn Hasan lalu beranjak tanpa menoleh lagi.
Seorang murid yang sedari tadi memperhatikan bincang keduanya pun bertanya, "Benarkah Anda tidak mengenal orang itu ya Imam?"
"Siapa dia rupanya?"
"Dialah Muhammad ibn Hasan Asy Syaibani yang termasyhur, sahabat Abu Hanifah."
"Celaka, dia menipuku dengan mengatakan namanya 'Abdullah."
"Tapi kan memang benar dia itu hamba Allah?"
"Aku tetap tidak suka hal semacam itu."
Kisah ini adalah salah satu penanda ketegangan yang sering terjadi antara Madrasah Ahlil Atsar yang dipimpin Imam Malik dan para Ahli Hadits di Hijjaz dengan Madrasah Ahlir Ra'yi yang berpusat di 'Iraq dipimpin oleh Imam Abu Hanifah bersama Al Qadhi Abu Yusuf dan Muhammad ibn Hasan.
Walaupun demikian suatu hari di musim dingin Imam Malik berpeluh. Maka bertanyalah Imam penduduk Mesir, Al Laits ibn Sa'd, "Apa yang membuatmu berkeringat?"
"Abu Hanifah", jawab Imam Malik. "Betapa pandainya orang itu." Lalu ketika Al Laits menyampaikan pujian Malik ini pada Abu Hanifah, begini jawab sang Imamul A'zham sembari mengambil nafas berat, "Malik, orang yang mendapatkan bagian terbanyak dari warisan Rasulillah ﷺ."

0 komentar:

Post a Comment