Organisasi Profesi Guru
Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.
Tema Gambar Slide 2
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tema Gambar Slide 3
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tuesday, 8 November 2016
Wednesday, 19 October 2016
MAKALAH IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI PADA PAUD
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI (PAUD)
-
Aspek Ibadah -
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Teori &
Praktik Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Dosen :
Dr. H. Burhanuddin Abdullah, M.Ag
DESSI A. MUKHYAR / NIM.
14 025 21308
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI (IAIN) BANJARMASIN
2016
A. PENDAHULUAN
Belajar dan
mengajar dalam istilah kontemporer sering disebut sebagai pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:23), kata
pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mendapat imbuhan “pem” dan akhiran
“an”. Pengertian dari kata “ajar” adalah petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui atau diturut. Jadi pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
menjadikan orang belajar, sedangkan
dalam istilah Psikologi, belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mengubah perilaku yang tampak maupun tidak tampak.
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Adapun Peserta didik yang
dimaksud dalam paper ini adalah anak usia dini yakni anak dengan usia 0-6
tahun. Pembahasan akan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dari aspek Ibadah pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
elompok usia 4-6 tahun.
Paper ini disusun
berdasarkan analisis dari beberapa buku referensi, hasil observasi dan
wawancara pada PAUD Fajar Harapan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan..
B. LANDASAN
TEORITIS
B.1
Tahap Perkembangan Pada Anak Usia 0 – 6 tahun
Pemberian stimulasi yang sesuai dengan karakteristik perkembangan
anak akan menjadikan berbagai aspek perkembangan anak berkembang maksimal.
Dengan demikian pemahaman para pendidik terhadap berbagai karakteristik
perkembangan anak usia dini mutlak diperlukan guna memberikan perlakukan yang tepat pada anak didiknya.
Pada anak usia dini, ibadah bukanlah masa
pembebanan atau pemberian kewajiban, tetapi merupakan masa persiapan latihan
dan pembiasaan sehingga ketika memasuki usia baligh, pada saat mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah,
segala jenis ibadah yang Allah wajibkan dapat mereka lakukan dengan penuh
kesadaran dan keikhlasan. Ibadah memiliki pengaruh yang luar biasa dalam diri
anak, pada saat anak belajar melakukan ibadah, diharapkan akan ada dorongan,
semangat untuk membiasakannya dalam keseharian. Jika anak tidak melakukan
ibadah seperti biasa yang ia lakukan maka dia merasa ada suatu kekurangan yang
terjadi dalam jiwa anak tersebut. Hal ini karena dilatarbelakangi oleh
kebiasaan yang dilakukan.
1. Perkembangan fisik motorik
Menurut Hurlock, Pada anak usia dini pertumbuhan vertikal fisik anak umumnya
tumbuh lebih menonjol daripada pertumbuhan horizontal. Perkembangan
motorik pada anak usia dini mencakup perkembangan motorik kasar dan motorik
halus. Perkembangan motorik kasar diperlukan untuk keterampilan menggerakkan
dan menyeimbangkan tubuh. Pada usia dini anak masih menyukai gerakan-gerakan
sederhana seperti melompat, meloncat dan berlari. Sedangkan perkembangan
motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini
berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik
seperti menulis, melipat, merangkai, mengancingkan baju, menggunting dan
sebagainya.
2. Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi
sehingga dapat berpikir. Menurut Jean Piaget a. Sensori-motor (0-2 tahun). Pada tahap ini anak lebih banyak
menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan.
Hasil pengalaman berinteraksi dengan lingkungan ini akan berguna untuk berpikir
lebih lanjut. Pada akhir tahap ini anak sudah menunjukkan tingkah laku
intelegen, sekalipun masih dalam batas aktivitas motorik sebagai reaksi
terhadap stimulus sensori. b. Pra-operasional
(2-7 tahun). Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih
jelas. Ia mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar.
Anak menunjukkan kemampuannya melakukan permainan simbolis. Misalnya ia
pura-pura minum dari sebuah cangkir mainan yang kosong, menggerakkan balok kayu
sambil menirukan bunyi mobil seakan balok itu adalah mobil. Dengan demikian
anak sudah mneggunakan memorinya tentang mobil dan menggunakan balok untuk
mengekspresikan pengetahuannya.
3 Perkembangan
sosial-emosional Anak usia dini
bersifat egosentris, keperluan dan keinginannya lebih penting daripada teman
lainnya. Anak mulai menyadari adanya peraturan dan mulai mampu menerima
beberapa peraturan dan kebiasaan. Anak mulai memahami penjelasan dan ikut
berpartisipasi didalam beberapa argumen. Menurut Mansur (2011:58) ada beberapa
aspek perkembangan sosialemosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini.
Diantaranya adalah belajar bersosialisasi diri; mengekspresikan diri, bakat dan
kemampuan; belajar mandiri dan berdiri sendiri; belajar bermasyarakat; belajar
berpartisipasi dalam kelompok, bekerja sama, membagi giliran, dan bersedia
menerima aturan dalam kelompok; dan mengembangkan daya kepemimpinan anak..
B.2
Pendekatan, Metode & Strategi
B.2.1 Social Kognitif Theory (Albert Bandura)
Psikolog
Amerika Albert Bandura adalah arsitek utama teori belajar social versi
kontemporer yang dianamakan teori belajar sosial kognitif. Bandura yakin individu belajar dengan
mengamati apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar mengamati, secara kognitif
menampilkan perilaku orang lain dan kemudian
mengadopsi perilaku ini dalam diri sendiri. Bandura berpandangan bahwa
manusia merupakan individu yang aktif, mampu berpikir dan mengatur dirinya
sendiri sehingga ia tidak hanya dibentuk melalui lingkungan saja tetapi dapat
mengontrol dan mengendalikan lingkungan tersebut. Kognisilah yang akan
mengarahkan mengendalikan perilaku untuk menerima atau menolak pengaruh
lingkungan.
Bandura menekankan bahwa perilaku manusia dapat dilakukan melalui observational
learning yaitu dengan mengamati tingkah laku orang lain dan individu
belajar mengimitasi/menirukan tingkah laku orang lain yang menjadi model bagi
dirinya.(dalam
Santrock, 2002, hal.48).
Dalam Model Bandura diterapkan strategi ketika
si anak rajin latihan atau melakukan suatu tindakan hingga kemudian memperoleh reward,
perilakunya menghasilkan pemikiran positif tentang kemampuannya. Sebagai bagian
dari usahanya untuk memperoleh reward, ia merencanakan dan mengembangkan
sejumlah strategi untuk membuat pelajarannya lebih efisien.
Bandura mengemukakan ada empat komponen dalam
proses observational learning, sebagai proses internal pembelajar, yaitu:
1.
Attention
Proceses; suatu model tidak akan bisa ditiru bila tidak
diadakan pengamatan; individu menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru
dan mempersepsikan secara akurat aspek-aspek kegiatan yang relevan dari
modelnya.
- Retention Proceses; setelah
memperhatikan disimpan dalam ingatan, dalam bentuk simbol-simbol (tidak
hanya diperoleh melalui pengamatan visual, melainkan juga verbalisasi)
yang suatu saat bisa ditirukan
meskipun model tidak ada lagi. Seseorang tidak akan banyak
dipengaruhi oleh pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan dari model, jika ia
tidak mampu mengingat kejadian-kejadian model tersebut. Dalam hal ini
perlu pengulangan perbuatan agar memperkuat ingatannya dan bisa
memperlihatkan tingkah laku hasil meniru dari model.
- Behavioral Production
Proceses; proses produksi untuk mengubah
konsepsi-konsepsi simbolik menjadi tindakan-tindakan yang sesuai.
- Motivasi (Motivational Processes);
orang yang menirukan harus melihat tingkah laku itu sebagai tingkah laku
yang terpuji dan bermotivasi untuk menirukannya.
Modelling mampu mempengaruhi perilaku
seseorang antara lain;
1.
Respon
baru akan terbentuk dengan melihat model melakukan respon tersebut dan mendapat
reinforcement.
2.
Model
juga dapat memperlihatkan perilaku yang sebelumnya telah dipelajari observer
sehingga membentuk keinginan pada diri observer untuk melakukan respon tersebut.
3.
Tingkat
kualitas imitasi bergantung pada persepsi individu terhadap “siapa” yang
menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin
tinggi pula kualitas imitasi perilaku individu yang bersangkutan.
B.3
Materi Pendidikan Sesuai Kurikulum
Pendidikan
Agama Islam meliputi tiga ajaran pokok yaitu Akidah,Ibadah dan Akhlak. Dalam
paper ini fokus pada pembelajaran Ibadah. Secara umum ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam setiap aspek
kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang dilakukan dengan ikhlas
untuk mendapatkan ridlo Allah. Ibadah dalam pengertian
inilah yang dimaksud dengan tugas hidup manusia. Dalam pengertian khusus ibadah
adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan
oleh Rasulullsh SAW berbentuk ritual ibadah yang bersifat kejiwaan maupun
lahir. Ritual ibadah terangkum dalam rukun Islam yang terdiri dari lima pilar yaitu syahadat,
shalat, puasa, zakat, haji dan umrah
Dalam buku pedoman
penyusunan kurikulum PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas
Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan tentang pengembangan kurikulum PAUD
kelompok usia 4-5 tahun dalam aspek Ibadah tingkat pencapaian perkembangan yang
diharapkan adalah dapat meniru gerakan Ibadah dengan indikator;
1. Melakukan gerakan berdo`a
dengan tertib
2. Melaksanakan gerakan Ibadah
dengan bimbingan
3. Mengenal gerakan ibadah
seperti wudhu, sholat, ibadah haji, dsb.nya
4. Mengenal kewajiban-kewajiban
seperti sholat, puasa, zakat, dsb.nya
Sedangkan kelompok usia 5-6 tahun
tingkat pencapaian perkembangannya adalah membiasakan diri beribadah dengan
indikator:
1. Berdo`a sebelum melaksanakan
kegiatan
2. Berdo`a sesudah selesai
melaksanakan kegiatan
3. Melaksanakan kegiatan Ibadah
C. TEMUAN
LAPANGAN
(Observasi
& Wawancara pada hari Jum`at tanggal 14 Oktober 2016 Jam 07.30-10.00)
C.1
Profil Sekolah
Nama PAUD : FAJAR HARAPAN
Program : Kelompok Bermain (KB)
Alamat : Desa
Simpang Empat Kecamatan Kertak
Hanyar Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan
Tahun
Berdiri : 2009
Pengelola : Tarbiah
Jumlah
Guru : 4 orang
Jumlah
Murid : 43 orang
Luas bangunan : 3 x 5
C.2 Materi Pendidikan yang diajarkan
|
C.3
Pendekatan, Metode & Strategi yang digunakan
|
C.2.1
Kegiatan Pembukaan
- Kedisiplinan
- Menghafal nama hari dan nama bulan masehi
- Menghafal Fatihah 4 dan ayat kursi dan do`a-do`a
sehari-hari
|
-
Baris-Berbaris sebelum masuk
kelas dengan metode perintah
-
Bernyanyi dan tepuk tangan
-
Menirukan
|
C.2.2 Kegiatan
Inti
- Mengajari tata cara Wudhu
|
-
Praktek, Menitukan gerakan
guru
|
C.2.3
Kegiatan Penutup
- Do`a Hamdalah
|
-
Menirukan/ mengikuti
|
C.4 Hasil
Wawancara dengan Pengelola
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Apakah pembelajaran hari ini sesuai Rencana (RPPH)
|
Tidak, kami mengalir saja yang penting jalan,
anak-anak bisa wudhu,menghafal surat pendek, do`a sehari-hari, sholat.
|
Lalu RPPH untuk apa?
|
Hanya untuk persyaratan dari dinas
|
Guru yang
mengajar lulusan apa?
|
Bimbingan Konseling dan yang satunya jurusan KIMIA
|
Apa ruangan belajar hanya 1?
|
Ya, digabung kelompok A dan B
|
Lalu bagaimana belajarnya?
|
Materi sama dan kelas A pulang 30 menit lebih awal
dari kelompok B
|
C.5 Hasil Wawancara dengan Wali Murid
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Apa harapan ibu-ibu menyekolahkan anak di PAUD ini dalam konteks ibadah?
|
Bisa wudhu, shalat, mengaji (selesai Iqra 6),
hafal do`a-do`a harian.
|
Menurut ibu perkembangan apa yang sudah anak ibu
peroleh setelah belajar di sekolah ini
|
Sudah bisa wudhu meski belum tahu do`anya, shalat
tapi belum tahu rakaatnya, kenal huruf Al Qur`an
|
Ada masalah yang ingin ibu utarakan tentang
perkembangan anak?
|
Sulit disuruh belajar, bermain terus
|
D. ANALISIS TEORI
& PRAKTIK
No.
|
Deskripsi
Data
|
Analisa
|
1
|
Dokumentasi:
dokumen yang dimiliki guru untuk pembelajaran ada 2 yaitu ; a. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
b.
Buku Erlangga Kids
|
1.
Dengan mengacu pada peratutan
menteri pendidikan dan kebudayaan
tentang pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini tentang adanya
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian, senyatanya RPPH yang tersedia
tidak digunakan
oleh guru PAUD
yang dimaksud oleh peraturan tersebut.
|
2
|
Obeservasi & Wawancara :
a.
langkah-langkah yang dilakukan
guru selama pembelajaran, yaitu dari memasuki kelas hingga keluar kelas;
b.
alasan guru melakukan pembelajaran
seperti yang diceritakan.
|
A. Langkah
Pembelajaran
1.
Guru Mengajak
Berbaris dan bernyayi
2.
Masuk kelas berdo`a kemudian
bernyanyi
3.
Tema yang disajikan juga tidak
sesuai dengan kontrak pembelajaran dengan alasan tergantung MOOD atau selera
keinginan guru dan situasi kelas.
B.
Alasan
Yang penting ada belajar dalam kelas dengan tetap
merujuk pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang ada pada kurikulum.
|
AKTIFITAS
GURU SELAMA PEMBELAJARAN
Observasi dilakukan untuk mengamati
pelaksanaan pembelajaran dalam situasi di kelas. Observasi dilaporkan dalam
laporan observasi yang mencatat kejadian yang berlangsung di dalam kelas, menit
demi menit. Langkah-langkah yang dilakukan guru selama proses pembelajaran,
yaitu dari memasuki kelas hingga keluar kelas (lihat tabel).
No.
|
Jam
|
Aktifitas/Keadaan Kelas
|
Analisis
|
1
|
08.00
|
1.
Murid di dalam kelas silih berganti mereka keluar
masuk kelas.
2.
Murid menaruh tas melewati atau naik meja belajar.
|
1.
Jam ini seharusnya pembelajaran sudah dimulai, namun
guru belum masuk kelas dan siap untuk mengajar, karena msih sibuk menerima
buku tabungan dari murid-murid.
2.
Kondisi kelas masih belum sesuai standar dengan ruang sekitar 3 x 5 m, harus ditempati
dengan jumlah murid 43 orang.
|
2
|
08.10
|
Berbaris di depan
kelas, ada 3 orang di dalam kelas dan ada yang menangis
|
3 orang anak ini
dibiarkan saja dengan alasan karena tidak mau ikut berbaris.
|
3
|
08.20
|
Salam, bernyanyi nama
hari, bulan masehi
|
Moment ini nampaknya
bertujuan untuk memberi semangat sebelum belajar, namun sayang sebagai Muslim
mengapa nama-nama bulan hijriah tidak dinyanyikan juga? Sementara issu
international arab saudi telah resmi menghapus bulan hijriah dalam kalender Arab. Namun demikian 20 menit jam
pelajaran berkurang, nilai kedisiplinan masih kurang.
|
4
|
08.30
|
Masuk ke dalam kelas , kembali beberapa murid duduk menuju kursinya
melewati meja
|
Formasi kursi seperti U
namun bagian tengah penuh dengan meja, tidak ada ruang kosong untuk menuju banyak
kursi kecuali yang dibagian paling samping
|
5
|
08.35
|
Guru memasuki kelas mengucapkan salam dan
berdiri ditengah kelas menanti jawaban
salam dari siswa, dilanjutkan dengan salam dari
siswa.
|
Tidak semua murid siap
belajar karena hanya sebagaian yang menjawab salam. Idealnya Guru mengulang salam yang pertama.
|
6
|
08.40
|
Bersama-sama membaca
fatihah 4 dan ayat kursi, kemudian menanyakan siapa yang absen atau tidak
hadir, anak-anak menyebut nama-nama teman mereka dan menghitung berapa orang
yang tidak hadir.
|
Kegiatan ini hanyalah kegiatan rutin yang dilakukan
berulang, sehingga belum ada tambahan materi.
|
7
|
09.00- 09.30
|
Istirahat
|
|
8
|
09.30-10.00
|
Praktek wudhu
bergantian.
|
Jelas tidak semua anak
dapat giliran karena waktu yang tidak cukup, jika dengan metode manual, Anak yang cenderung pasif tidak terfasilitasi, disarankan dengan strategy Zone of Proximal
Development (ZPD)
|
9
|
10.00
|
Doa penutup dan
hamdalah
|
Tidak ada kesan
terakhir untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
|
PENILAIAN
KOMPETENSI GURU
Untuk
melengkapi penilaian terhadap terhadap kompetensi guru maka dikembangkan
instrument penilaian (35 item) seperti dalam tabel 2 yang meliputi 5 aspek
penilaian yaitu aspek a) Persiapan, b) Penyajian Pembelajaran, c) Teknik
pembelajaran, d) performance/karakteristik guru, e) Interaksi selama proses
pembelajaran
Petunjuk:
Lingkarilah
angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek penilaian aktifitas
guru dalam pemebelajaran. Adapun criteria skor adalah 0 = tidak sesuai/tidak
tampak; 1 = kurang baik; 2 = cukup; 3 = baik; 4 = sangat baik. Sedangkan kolom
keterangan adalah untuk penilaian deskriptif yang dibutuhkan jika ada.
No.
|
Aspek
Penilaian
|
Skor
|
Keterangan
|
A
|
PERSIAPAN
|
||
1
|
Dokumen
pembelajaran
|
0 1 2 3 4
|
Hanya
ada kontrak pembelajaran.
|
2
|
Kejelasan
Tujuan Pembelajaran
|
0 1 2 3 4
|
|
3
|
Materi
terkait dengan materi sebelumnya, pengetahuan sebelumnya menjadi dasar
pengetahuan selanjutnya
|
0 1 2
3 4
|
|
4
|
Persiapan
media pembelajaran
|
0 1 2
3 4
|
Tempat wudhu 1 buah
|
5
|
Setting
kelas
|
0 1 2
3 4
|
Penuh
|
6
|
Mempersiapkan
siswa secara fisik dan mental
|
0 1 2 3 4
|
Guru
meminta mengulang salam ketika masih ada siswa yang kurang siap dan
bersemangat mengucapkan salam pembuka.
|
B
|
PENYAJIAN
MATERI
|
||
1
|
Kesesuaian
materi dengan dokumen pembelajaran
|
0 1 2 3
4
|
Guru
tidak mengikuti rencana pembelajaran, materi dipilih berdasar mood meski
tetap mengacu pada beberapa tema yang ada dalam dokumen.
|
2
|
Keterampilan
membuka kelas
|
0 1 2
3 4
|
Tidak Mengundang
perhatian siswa
|
3
|
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
|
0 1 2 3 4
|
|
4
|
Variasi
Metode
|
0 1 2 3 4
|
|
5
|
Sistematika
penyajian/alur pengetahuan
|
0 1 2 3
4
|
|
6
|
Memotivasi
siswa untuk aktif
|
0 1 2 3 4
|
Dengan
melontarkan beberapa kalimat Tanya untuk dijawab bersama.
|
7
|
Penggunaan
media
|
0 1 2
3 4
|
Hanya
1 tempat wudhu
|
8
|
Organisasi
kelas
|
0 1 2
3 4
|
Masih
ada siswa yang pasif dan super aktif
|
9
|
Penguasaan
Materi
|
0 1 2 3 4
|
Mengajar
hampir tanpa dibantu teks, namun dalam melafalkan
surah kuramh fasih.
|
10
|
Guru
menjelaskan materi dengan teknik tertentu
|
0 1 2 3 4
|
|
11
|
Petunjuk-petunjuk
pembelajaran jelas sehingga mudah difahami
|
0 1 2 3 4
|
|
12
|
Kesesuaian
kedalaman dan keluasan materi dengan tingkat perkembangan,kemampuan dan
kebutuhan siswa
|
0 1 2 3 4
|
|
13
|
Kesempatan
untuk bertanya
|
0 1 2
3 4
|
kurang
kesempatan yang diberikan, guru sibuk mengurus
murid-murid yang usil atau bertengkar.
|
14
|
Jika
siswa bertanya, maka guru menjawab dengan jelas dan memuaskan
|
0 1 2 3 4
|
|
15
|
Guru
selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran setiap akhir
sesi/kegiatan tertentu.
|
0 1 2 3 4
|
|
10
|
Keterampilan
menutup kelas
|
0 1 2 3 4
|
Menit-menit
terakhir tidak ada
menyimpulkan materi, tidak
membuka kesempatan untuk bertanya dan menanyakan kembali pada siswa isi
materi.
|
11
|
Metode
evaluasi
|
0 1 2 3 4
|
|
C
|
TEKNIK
PEMBELAJARAN
|
||
1
|
Dinamika
gerak guru
|
0 1 2 3 4
|
Tidak bisa Berpindah-pindah
|
2
|
Perhatian
guru terhadap gerak-gerik siswa
|
0 1 2 3 4
|
Menemukan
siswa yang ada kegiatan
lain dan ada yang usil
|
3
|
Mengenali
karakter siswa
|
0 1 2 3
4
|
Mengetahui
siswa yang senag menghafal, menulis, membaca dan siswa yang pasif
|
4
|
Reinforcement
positif
|
0 1 2 3
4
|
|
5
|
Ilustrasi
dan contoh dibuat jelas tidak membingungkan
|
0 1 2 3
4
|
Praktek wudhu langsung
|
D
|
KARAKTERISTIK/PERFORMANCE
GURU
|
||
1
|
Bersikap
terbuka dan tidak menganggap negative apabila siswa melakukan kesalahan
|
0 1 2 3 4
|
|
2
|
Tidak
memberi stigma negative pada siswa
|
0 1 2
3 4
|
|
3
|
emosi
stabil
|
0 1 2
3 4
|
Nampak
pada speed volume suara yang cukup
tinggi secara tetap
|
4
|
Sabar
dalam memancing respon siswa
|
0 1 2 3
4
|
|
5
|
Tegas
dalam sikap
|
0 1 2 3 4
|
|
6
|
Jelas
dalam penggunaan bahasa
|
0 1 2
3 4
|
|
7
|
Penampilan
menarik termasuk gesture atau body language
|
0 1 2
3 4
|
|
8
|
Kesiapan
Mental
|
0 1 2 3 4
|
|
9
|
Penggunaan
Bahasa Asing (Arab/Inggris)
|
0 1 2 3 4
|
|
E
|
INTERAKSI
SELAMA PEMBELAJARAN
|
||
1
|
Memancing
siswa berdiskusi antar siswa satu sama lain
|
0 1 2 3 4
|
|
2
|
Iklim
yang sehat dan mendukung siswa bebas dan terbuka untuk berpendapat tanpa
takut dilecehkan/ditertawakan/dianggap bodoh
|
0 1 2 3 4
|
|
3
|
Sikap
guru yang tidak memihak pada satu kelompok (adil)
|
0 1 2 3 4
|
|
4
|
Interaksi
guru dengan media pembelajaran
|
0 1 2 3 4
|
Perbandingan
Teori dengan Praktik
Dalam praktek
di lapangan merujuk pada kurikulum K-13 tidak ada ditemukan pembelajaran
bagaimana thaharah dalam masa toilet Training (masa Phallic dari Freud), namun
langsung pada materi wudhu`. Dalam praktek wudhu memang secara praktek, namun
jika ditambah dengan media gambar pembelajaran akan lebih kaya. Bergabungnya
kelompok A dan kelompok B dalam pembelajaran memang membuat kelompok B terjadi
pengulangan materi akan tetapi kondisi ini harusnya dapat dimanfaatkan dengan
menerapkan teknik ZPD, teman yang sudah bisa mengajari yang belum bisa.
Melatih berwudhu dengan
langsung praktek mencontohkan di hadapan mereka, seperti dicontohkan juga oleh
Sayyidina `Ali ibn Abi Thalib saat mengajarkan pada Husain ibnu `Ali ibnu Abi
Thalib ra. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa`i)[1]
Diriwayatkan dari `Abdullah
ibnu `Umar ibnu Khattab ra., ia berkata “Rasululah Shallallaahu`alayhi wa
sallam bersabda: `jika anak-anak sudah bisa berbicara, maka hendaklah kita mengajarinya
Laailaahaillallaah, dan jika ia sudah tumbuh giginya, maka hendaklah kita
memerintahkannya untuk shalat` (HR. Ibnu As-Sunni)
Diriwayatkan olehal Hakim dan
Abu Dawud dari `Abdullah ibnu `Amr ibnu Al`Ash ra., dari Rasulullah saw.,
beliau bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat saat
mereka mencapai usia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat
berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR. Abu Dawud)[2]
Hikmah di balik instruksi ini
adalah agar anak-anak belajar shalat sejak masa pertumbuhan dan terbiasa
menunaikan dan menjalankannya sejak dini sehingga terdidik dalam suasana
ketaatan kepada Allah.
Metode
Taktil (sentuhan)
Nabi
Shallallaahu`alayhiwassalam membariskan anak-anak dalam shaf paling belakang
dan memerintahkan kepada mereka untuk meluruskan shafnya sembari mengusap
pundak. Ibnu Mas`ud ra. Berkata: “Dahulu Rasulullah Saw. Mengusap pundak kami
sebelum shalatnya dan bersabda: Luruskanlah shaf kalian dan janganlah kalian
tidak merapikannya, karena nanti hati kalianpun akan bertentangan” (HR. Muslim
654)[3]:
Nabi Saw. Pun membawa mereka
pergi shalat serta mengusapi pipi mereka karena sayang dan kagum kepada mereka.
Jabir bin Samurah ra. Telah berkata:” Aku Shalat Dzuhur bersama dengan Rasulullah
Saw. , kemudian beliau keluar menuju ketempat keluarganya dan akupun ikut
keluar. Selanjutnya, beliau disambut oleh anak-anak, maka beliau saw. Mengusapi
pipi mereka seorang demi seorang hingga sampailah pada giliranku. Beliau
mengusap pipiku dan ternyata kurasakan tangan beliau begitu sejuk dan harum
baunya seakan-akan tangan beliau baru dikeluarkan dari kantong yang berisikan
minyak parfum” (Muslim, Kitaabul Fadha-il 4297)
Metode usapan yang dilakukan oleh Rasul
Shallallahu`alayhiwasallam ini dalam bahasa ilmu psikologi di sebut teknik
sentuhan atau teknik taktil. Hal ini tidak ada dalam temuan lapangan. Interaksi
fisik berupa sentuhan memiliki efek besar dalam psikis anak dengan membuat anak
merasa nyaman dan aman dalam belajar.
E. PENUTUP
Dalam implementasinya pada
lembaga PAUD Fajar Harapan tidak merujuk pada RPPH, namun demikian tetap
mengupayakan agar tujuan pembelajaran dalam kurikulum secara umum dapat
tercapai. Bagaimana guru dapat mengacu pada teori-teori pendidikan sementara
bakcground pendidikan bukan dari pendidikan guru paud namun dari jurusan kimia
dan bimbingan konseling. Apalagi ditambah dengan status guru yang tidak tetap
dan honor yang berkisar 200-300 ribu per bulan, mendorong sering bergantinya
guru. Kalaupun sudah diberi pelatihan dan baru mulai terampil kemudian gurunya
berhenti atau pindah. Hanya ada 1 guru tetap yaitu pengelolanya sendiri.
Menariknya dari hasil wawancara dengan wali murid, mayoritas yang terlihat
bahwa merasa puas dengan pencapaian yang diperoleh anak.
Referensi
Anisa, Siti Maryanti. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai Agama Islam Pada Anak Usia 5–6 Tahun
Di Bustanul Athfal (Ba) Dan Raudhatul Athfal (Ra) Di Kecamatan Klaten Tengah
Kabupaten Klaten. Skripsi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
2015. http://lib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 21 September 2016
Elliot,Stephen N., et.al. Educational
Psychology –effective teaching effective learning-.Brown &
Benchmark publishers.
Syah, Muhibbin, M.Ed. Psikologi Belajar. PT.RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005.
Jamaal `Abdurrahman. Athfaalul Muslimimn, Kaifa Rabbaahumun
Nabiyul Amiin. Terjemahan. Irsyad
Baitussalam, Bandung, 2000.
Kamrani Buseri, Prof. Dr. H.,MA. Dasar, Asas dan
Prinsip Pendidikan Islam. Aswaja, Yogyakarta, 2014.
Nashori, Fuad. 2005. Potensi-Potensi Manusia
-Seri Psikologi Islami-. Cet.II,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mujib, Abdul. 2005. Pengembangan Psikologi
Islam Melalui Pendekatan Studi Islam. Jurnal Psikologi Islami, Volume 1,
Nomor 1, Juni. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII.
Santrock, John W. 2005. Psychology.New
York: McGraw Hill Companies, Inc.
-------,2002. Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, Jilid II, Jakarta: Erlangga.
Shihab, M. Quraish. 2008. Tafsir Al-Mishbah :
pesan, kesan dan Keserasian Al-Qur`an, Cet. IX , Jakarta : Lentera Hati.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar,
Ed. Revisi, cet., 4, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lampiran
Observasi dalam kelas
Mana Rencana Pembelajaran Hari ini?
Wawancara Parenting dengan Wali Murid