Friday 29 April 2016

KEKUATAN HAFALAN ALQURAN DALAM KEHIDUPAN MUSLIM

Segala sesuatu di dunia ini pasti memiliki kekuatannya di baliknya. Apapun itu. Karena kita berbuat berdasarkan apa yang membuat kita kuat melakukannya. Dan seseorang tidak akan bisa kuat melakukannya tanpa iringan cinta dan motivasi darinya.
Seseorang yang berjuang mati-matian untuk memperoleh prestasi dari bangku kuliahnya pasti harus kuat bergelut dengan berbagai macam ujian mata kuliah.
Orang ingin menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) misal lain, ia harus kuat dalam menghadapi persaingan ketat antara calon pendaftar agar bisa memenuhi persyaratan dan lolos mengikuti ujian masuk. Ribuan orang menunggu dirinya sebagai pesaing ketat.
Seorang miskin akan terus berjuang mengemis hanya untuk mendapatkan rasa kasih sayang orang-orang dermawan di sekitarnya agar bia bisa bertahan hidup.
Demikian pula sampai seorang pejabat di atas yang memiliki sederetan popularitas dan status sosial terpandang pun harus siap mempertahankan gelar sosialnya itu agar tidak dibilang kere dan stress kalau sewaktu-waktu ia ‘jatuh’ dan melepaskanpuncak karirnya itu.
Tidak jauh dengan itu pula demikianlah manfaat Kitabullah bagi seorang muslim dalam hidup ini.
Sudah lazim kita pahami bahwa al-Qur’an ini adalah Kalamullah atau firman-firman Allah yang Mahaagung dalam hidup ini. Al-Qur’an adalah pusaka abadi bagi semua acuan dan pedoman kemanusiaan. Tanpanya orientasi manusia akan menyimpang dan jauh dari jalan-Nya. Akibatnya berbagai bencana dan janji-Nya akan berlaku pada mereka.
Harus diakui berbicara tentang al-Qur’an dengan segala tema-tema konprehensif di dalamnya, tak ubahnya seperti menguak misteri bagi kehidupan ini. Terutama misteri kebenaran dan keajaiban Allah swt. Tema-tema itu terbentang dalam bentuk tulisan Arabnya yang penuh dengan nuansa mukjizat dan keajaiban bagi siapa yang menyentuh dan membacanya. Tema-tema itu juga terbentang dalam bentuk konkret di alam semesta yang teramat luas ini. Ketika tema linier (tulisan) menyatu dengan tema visual (semesta) dalam bentuk penemuan maka akan lahir keajaiban ilahi bagi manusia. Kekuatan hidayah-Nya akan memancar dari kedalaman hati seseorang yang dicahayai oleh sinar Allah. Itu baru satu cahaya. Banyak lagi cahaya-cahaya lain yang sungguh sangat luar biasa. Itu karena Allah Nuur ‘alaa Nuur (cahaya di atas cahaya).
Lalu lahir rasa keimanan sebagai bukti keterpaduan antara keajaiban ayat-ayat al-Qur’an yang berbentuk linier dengan keajaiban dalam bentuk visual yang terbentang di alam raya.
Lalu apa manfaatnya dalam kehidupan?
Tentu banyak, dan akan terus banyak sesuai dengan tingkat interaksi dan eksplorasi seseorang dengan firman-firman Tuhan ini.
Sampai tulisan ini digores, keajaiban-keajaiban itu tak pernah habis diukir. Setidaknya dalam hati kita yang memang labil lalu kemudian distabilkan oleh indahnya ayat-ayat al-Qur’an yang terukir kuat di dada.
Pertanyaan penting yang tidak seharusnya bosan-bosannya dilantunkan:
1- Sudahkah Anda membaca al-Qur’an dengan baik dan benar?
2- Sudahkah anda memahami dan meresapi ayat-ayat yang anda baca?
3. Bagaimana rasanya menghafalkan firman-firman Allah Pencipta semesta alam?
4. Apa respon hati anda saat berinteraksi dengan ayat-ayat-Nya yang sungguh sangat agung dan mulia itu?
5. Apa efeknya bagi gerak kehidupan anda yang penuh dengan dinamika yang beraneka ragam?
Jawabannya silahkan dirasakan sendiri. Sebab setiap orang memiliki tingkatan perasaan yang berbeda-beda.
Antara seseorang yang pandai membaca akan berbeda dengan orang yang masih terbata-bata.
Antara orang yang sudah memiliki hafalan dan bisa menghadirkan maknanya berbeda dengan orang yang kesulitan menghafal apalagi meresapi maknanya.
Orang-orang yang hafalannya banyak akan memiliki kenikmatan tersendiri daripada orang yang baru menghafal.
Orang-orang yang sudah bisa meresapi hafalannya akan sangat berbeda dengan orang-orang yang baru bisa menghafal.
Orang-orang yang bisa mengamalkan apa yang ia baca dan ia hafal sungguh merupakan kenikmatan terbesar dalam hidup ini.
Karena dari situ ombakan kebaikan dari ilahi akan deras mengalir dalam dirinya dan memancar dalam kehidupan.
Mereka yang sudah menghafal al-Qur’an secara sempurna pun masih memiliki banyak kekurangan dan tantangan dalam berinteraksi dengannya.
Masing-masing memiliki perasaan yang berbeda. Cita-rasa dan daya ecapannya beragam pula.
Intinya, mereguk sebanyak-banyaknya ma’dabatullah (hidangan Allah) yang tersedia di bentangan linier dan semesta. Makanya wajar kalau al-Qur’an itu dikatakan sebagai sumber mata air petunjuk Allah yang tidak akan pernah lekang, di dunia maupun di akhirat. Karena ia adalah milik Sang Penguasa jagat raya.
Ya, itulah kekuatan hidayah al-Qur’an yang awalnya terpatri dalam dada. Setiap kali kita merasakan sedikit saja kenikmatannya maka kita akan dibawa kepada kenikmatan-kenikmatan berikutnya yang tidak kalah indah. Insya Allah keimanan kita akan senantiasa lestasi dan hidayah akan semakin melekat dalam dada kita.
Mari, kita jadikan hafalan al-Qur’an kita, berapapun banyaknya sebagai modal taqorrub dengan Allah dan dinamika kehidupan ini. Amiin

0 komentar:

Post a Comment