Monday, 25 April 2016

LIKA-LIKU DAN MASA-MASA PERNIKAHAN DALAM RUMAH TANGGA

...............................................................................
informasi ini saya dapatkan ketika bincang-bincang dengan Bapak Kiai Abdul Aziez Sasirangan di kelas Pasca sarjana IAIN Antasari BJM. Menjalani kehidupan rumah tangga itu ada masa-masanya. di antaranya:
1. BULAN MADU
2. BULAN JAMU / EMPEDU
3. KESADARAN MENCINTAI
4. KOMITMEN BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK
5. MAKIN BAHAGIA HIDUP BERSAMA
..............................................................................
Berikut Penjelasannya :
1. Tahap Pertama : Bulan Madu
Bulan madu atau honeymoon ini tentu sudah sangat familiar ditelinga kita, meskipun kami sendiri tidak pernah membuat acara khusus seperti yang dilakukan oleh banyak orang dalam momen ini, namun kami memahami momen bulan madu adalah suatu momen terindah, momen yang menjadi impian setiap yang mau menikah.
Bulan madu adalah masa-masa awal pernikahan, masa-masa terindah setiap pasangan baru dalam istilah minangkabau disebut “Baru-baruan”. Dalam masa ini semua terasa manis, indah dan menyehatkan bagai madu. Panggilan mesra sayang, kecupan cinta penuh mesra, pelukan yang menghangatkan hampir setiap hari bahkan setiap saat begitu mudah dilakukan dimasa-masa ini.
Ibarat bunga yang mekar, kehidupan rumah tangga dimasa ini berbunga-bunga indah. Suami begitu sayang dan perhatian kepada istri, sehingga istri merasa sangat bahagia layaknya berada diistana yang ditemani seorang pangeran ganteng dan baik hati. Begitu juga dengan suami serasa hidup bersama putri syurga, setiap pagi ada yang membangunkan, menyiapkan air minum serta sarapan kesukaan, memakai pakaian terbaik dan terindah sehingga tak pernah lelah mata memandang.
Dalam masa ini semua begitu indah, masing-masing pasangan saling menjaga hati pasangannya takut kalau tersinggung, masing-masing pasangan memberikan perhatian terbaik pada pasangannya. Romantisme, getaran asmara begitu memuncak pada masa-masa ini, ya, begitulah indahnya di bulan madu.
2. Tahap kedua : Bulan Jamu vs Bulan Empedu
Hidup tidak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Suram malam tak berbintang
Itulah lukisan alam
(Begitu aturan Tuhan)
Bak kutipan nasyid diatas, begitu juga dengan kehidupan dalam pernikahan. Kalau dibulan madu semua terasa indah dan cinta bersmi dimana-mana. Maka disuatu saat (meskipun waktunya berbeda-beda) setiap pasangan akan memasuki tahapan kedua. Kami menyebutnya bulan empedu vs bulan jamu.
Dalam tahap kedua ini masing-masing pasangan mulai menyadari berbagai realita dan kenyataan kehidupannya. Setiap pasangan mulai menyadari seperti apa dan bagaimana pasangannya, sudah mulai melihat ada kekurangan pasangannya,sudah mulai merasa lelah dan capek sehingga butuh perhatian lebih. Dan hebatnya masing-masing “merasa” dialah yang paling capek, paling lelah dan juga merasa dirinyalah yang mesti dilayani dan diperhatikan lebih.
Terkadang muncul konflik apakah itu perdebatan, saling diam, saling “serang”. Istri merasa kurang perhatian dan tidak didengarkan sementara suami merasa kurang menerima pengakuan. Kondisi seperti sangat rentan sekali dengan berbagai problem baru. Banyak masalah baru bisa muncul jika tidak mampu melewati masa ini dengan bijak, apakah itu kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, salah satu pasangan “ngambek” dan pergi kerumah orang tuanya. Hingga dampak terburuknya adalah perceraian.
Sebab itulah kami menyebut tahap ini sebagai “Bulan Empedu vs Bulan Jamu” . Karena memang dimasa-masa ini pahit, nggak enak. Jika kita bijak menyikapinya, selalu menjadikan ketaatan kepada Allah SWT sebagai dasar penyelesaian setiap konflik maka jadilah ia madu pahit memang namun tetap menyehatkan.
Apabila kita gagal menyikapinya secara bijak, menjadikan konflik ini sebagai masalah besar, beban kehidupan maka dampak terburuk yang mesti hadapi adalah perceraian. Maka jadilah ia bulan empedu bahkan menjadi racun, yang pahit dan mematikan.
3. Tahap ketiga : Kesadaran mencintai
“Mencintai ternyata tak semudah jatuh cinta…”
Nah, ditahapan ketiga ini masing-masing pasangan sudah mulai menyadari dirinya sendiri, mulai memahami pasangannya, mulai mengerti kondisi dan situasi, mulai mencoba menerima setiap yang tidak disukai serta mencoba melihat celah-celah kebaikan pasangannya serta memberikan apresiasi terhadap segala kebaikan pasangan tersebut, mulai tau apa peran dan tugas masing-masing pasangan.
4. Tahap keempat : Komitmen berubah menjadi yang lebih baik
“Kalau emas di uji dengan tempaan api yang panas, maka cinta diuji dengan tempaan berbagai masalah”
Layaknya emas yang diuji dengan dibakar, dipotong, diasah tak sekali-kali dipukul jika masih berkilau maka benarlah ia emas. Tapi jika berubah warnanya, hancur atau malah menjadi lebih jelek maka bisa jadi itu emas imitasi. Begitu juga dengan cinta dalam kehidupan rumah tangga, butuh di uji dulu, butuh digempur dulu hingga gempor untuk membuktikan sejatinya cinta.
Pada tahap keempat ini, setelah melewati puncak masalah dan kekalutan, setelah mulai sadar maka ditahap ini ada komitmen untuk berubah menjadi lebih baik. Mulai kelihatan pola-pola dalam kehidupan rumah tangga, baik itu pola yang memicu konflik maupun pola yang akan meningkatkan kehangatan diantara pasangan.
Disaat ini, pasangan menata ulang kembali cita-cita pernikahan bahagianya, pasangan optimis untuk melanjutkan kehidupan rumah tangganya, optimis bisa saling membahagiakan pasangannya masing-masing.
5. Tahap Kelima : Makin bahagia bersamamu
Masa-masa emasnya pernikahan, kurang lebih begitulah istilah yang tepat untuk menyebut tahapan ini. Kalau dalam doa pernikahan kita selalu mendoakan pasangan sakinah, mawadah dan warahmah maka masa-masa tersebut ada pada tahapan ini.
Ketika kehangatan, keintiman, romantisme, cinta dan kasih yang semakin bertumbuh. Dimasa-masa inilah bahagia didapat.
Itulah 5 tahap kehidupan pernikahan, bagi yang sudah menikah tentu bisa sekarang melihat ditahap manakah kehidupannya berada. Bagi yang belum menikah tentu hal ini penting diketahui sebagai bekal memasukinya dan melewatinya. Tidak ada memang rumusan baku dalam melewati tahap ini, masing-masing pasangan berbeda tentu sangat bergantung pada kesiapan mental, kedewasaan serta keilmuan yang dimiliki.

0 komentar:

Post a Comment