Friday 29 April 2016

BUJUKAN SETAN LAKNATULLAH PADA PEMBACA AL QURAN

Iblis telah bersumpah atas nama Allah untuk menyesatkan manusia dan menggiring mereka ke neraka. Ia tidak akan membiarkan generasi umat ini mewariskan al-Qur’an kepada generasi selanjutnya. Ia tidak ingin keimanan mereka tumbuh agar mereka mudah tergoda, tidak ingin mereka berada di jalan yang lurus, dan tidak ingin mereka masuk surga.
Iblis sudah mengetahui betapa hebat pengaruh al-Qur’an terhadap generasi sahabat Rasulullah saw. Jika hal itu juga terjadi pada generasi selanjutnya (dan umat ini secara keseluruhan) jelas akan mempersulit langkah iblis menggoda umat. Sementara, iblis sama sekali tak mungkin merekayasa al-Qur’an, sebab Allah sendiri yang menjamin akan menjaganya.
Allah berfirman:
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
Artinya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Qur’an, dan sungguh Kami pula yang akan menjaganya.“(Qs al-Hijr: 9).
Lalu, apa yang dilakukan setan terhadap al-Qur’an?!
Setan melancarkan aksinya sedikit demi sedikit. Pelan-pelan, ia menjauhkan umat Islam dari al-Qur’an. Pun jika ada yang berinteraksi dengannya, itu pada hal-hal yang tidak substantif. Al-Qur’an hadir di tengah umat dalam bentuk mushaf, namun nilai-nilainya hilang tanpa berbekas. Umat tidak menyadari jika Al-Qur’an sesungguhnya telah tersisih dalam kehidupan mereka.
Mushaf al-Qur’an dijumpai di mana-mana. Ayat-ayatnya berkumandang di mana-mana. Tak terhitung lembaga yang telah berhasil mencetak puluhan ribu para penghafal al-Qur’an. Sepanjang bulan Ramadhan, umat Islam rajin membacanya, berlomba-lomba mengkhatamkannya sebanyak mungkin untuk mendapatkan kebaikan dan pahalanya.
Itulah yang terjadi di tengah-tengah umat saat ini. Umat lebih menaruh perhatian kepada mushaf, bacaan dan hafalan al-Qur’an. Ketika ada seruan untuk kembali kepada nilai-nilai hakiki al-Qur’an, tidak ada respon dari mereka. Mereka tuli. Bahkan, dengan bangga mereka berkata, “Apalagi yang harus kami lakukan terhadap al-Qur’an setelah apa yang sudah kami lakukan sekarang? Bukankah jerih payah dan usaha keras kami sudah cukup?”
TIPU DAYA IBLIS......
Setan benar-benar telah berhasil membuat umat Islam secara pelan-pelan berpaling dan tak lagi mau memetik manfaat al-Qur’an. Itu tidak terjadi hanya dalam sehari, tetapi melalui proses dan telah berlangsung berabad-abad hingga sampai ke masa kita sekarang ini.
Yang dijadikan pintu masuk tipu daya setan adalah kebodohan dan hawa nafsu. Dari dua pintu itu muncul pintu-pintu lain yang mengantarkan seseorang ke tujuan yang diinginkan setan.
Sebenarnya setan tidak mempunya kekuatan langsung atas diri manusia. Kekuatan setan akan berpengaruh hanya jika bertemu hawa nafsu atau kebodohan. Buta terhadap hakikat dan tujuan Al-Qur’an adalah pintu besar tempat setan masuk untuk membujuk dan memperdayai manusia.
Pintu-pintu yang merupakan cabang dari dua pintu utama di atas -kebodohan dan hawa nafsu- sungguh tak terhitung jumlahnya. Semua menuju satu titik: membuat manusia berpaling dan tidak memetik manfaat hakiki al-Qur’an.
SETAN PANTANG MENYERAH
Yang pertama kali dilakukan setan agar umat Islam tak menghidupkan al-Qur’an adalah membujuk mereka untuk tidak membacanya, atau berbuat mereka menunda-nunda membacanya, atau menyibukkan mereka dengan pekerjaan lain.
Jika tak mampu menahan umat membaca al-Qur’an, setan akan menggoda mereka dengan membuat mereka lelah dan mengantuk, atau mendorong mereka membacanya karena hawa nafsu mendapatkan pahala tanpa merenungkan maknanya, atau membuat lidah mereka sulit membaca ayat-ayat, atau mengingatkan mereka tentang urusan-urusan lain sehingga mereka segera mengurungkan niat membacanya, atau mengarahkan mereka berfokus hanya kepada cara baca yang bagus.
Ibnu Hubairah mengatakan, di antara tipu daya setan adalah menjauhkan orang dari kemauan merenungi al-Qur’an. Setan tahu, petunjuk kebenaran al-Qur’an diraih dengan cara merenunginya. Setan berbisik, “Bahaya!” Orang pun akan berkata, “Aku tidak membaca al-Qur’an justru karena berhati-hati.”( Tadabbur al-Qur’an, al-Sunaidi, hal 48, dinukil dari Dzayl Thabaqot al-Hanabilah, Ibnu Rajab, 3/273).
Imam al-Ghazali berkata, “Di antara cara setan menjadikan orang-orang tidak memperdulikan kandungan al-Qur’an adalah membuat mereka menekuni secara berlebihan tata cara baca al-Qur’an. Setan selalu membisikkan bahwa mereka salah membaca huruf-huruf. Jika sudah begitu, bagaimana mereka punya waktu untuk mengungkap kandungan makna al-Qur’an?! Setan akan tertawa gembira.” (Ihya Ulumuddin, 1/439. 440)
Dalam kesempatan lain al-Ghazali berkata, “Jika merenungi petunjuk Nabi soal membaca al-Qur’an, bagaimana beliau tak menyalahkan model-model bacaan para sahabat, kita akan tahu, perhatian berlebihan terhadap cara membaca huruf al-Qur’an bukan termasuk hal yang pernah dicontohkan beliau.”(Ighatsah al-Lahfan, 1/254)
SETAN PASTI MENGGODA
Sudah menjadi janji setan bahwa ia akan menjauhkan umat dari pengaruh al-Qur’an -sejak surah pertama turun sampai kapan pun, agar mereka tersesat dari jalan yang lurus. Kita pun menjadi paham kenapa hanya ketika hendak membaca al-Qur’an saja seseorang diperintahkan membaca doa ta’awwudz atau memohon perlindungan dari godaan setan.
Allah berfirman, “Jika hendak membaca al-Qur’an, mohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”(Qs an-Nahl: 98)
Suatu perintah khusus yang tidak dikaitkan dengan ritual lain seperti berzikir, berpuasa, bersedekah dan sebagainya.
Ini menjadi bukti jika setan akan selalu berusaha menjauhkan manusia dari al-Qur’an, menghalangi mereka memetik manfaat darinya. Setan tahu nilai yang dikandung al-Qur’an, kemampuannya menjadi terapi jiwa dan mengubah keadaan seseorang.
Ibnu Qoyyim -rahimahullah- mengatakan, “Setan menyeret pembaca al-Qur’an dengan sekawanan kuda sampai pembaca itu lupa pada tujuan pokok al-Qur’an: untuk direnungkan, dipahami, dan diketahui kehendak Allah terhadap al-Qur’an. Setan akan menghalangi pembaca untuk memahami tujuan al-Qur’an, sehingga ia tidak dapat memetik manfaat secara maksimal darinya. Itu sebabnya kita diperintahkan memohon perlindungan Allah dari setan ketika hendak membaca al-Qur’an.”(Qs Ighatsah Lahfan, 1/149)
Kita jadi mengerti mengapa ketika hendak membaca al-Qur’an terkadang kita teringat hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, membuat kita bingung, tenggelam memikirkannya, sampai kemudian tidak jadi membacanya. Atau terkadang kita tiba-tiba terserang kantuk ketika memulai membacanya.
Wallahu A’lam bish-Showab
Written by Hidayat H
Tuesday, 29 November 2011 19:26

0 komentar:

Post a Comment