Saturday 30 January 2016

KEMAKSIATAN YANG LEBIH BAIK DARI KETAATAN SEPERTI APA

Kemaksiatan yang menyebabkan rendah hati
lebih baik dari ketaatan yang menyebabkan sombong
معصية أورثت ذلاً وافتقاراً خير من طاعة أورثت عزاً واستكباراً
“kemaksiatan yang mewarisi (mengakibatkan) kerendahan dan pengharapan (rahmat Allah) itu lebih baik dari pada ketaatan yang mengakibatkan perasaan  mulia dan sombong” (Syekh Ibnu Athoillah)
Perasaan hina dan rendah itu adalah sifat seorang hamba, sedang sifat mulia dan agung adalah sifat Allah.
Oleh karena itu, perasaan hina yang disertai dengan mengharap rahmat Allah setelah melakukan maksiat adalah lebih baik dari pada perasaan mulia dan sombong setelah menjalani ketaatan.
Berkenaan dengan ini, ada sebuah cerita. Konon pada zaman dahulu ada seorang laki-laki dari Bani Israel dengan tiba-tiba memijat lutut seorang abid juga dari Bani Israel yang sedang bersujud. Serentak Abid itu membentaknya: “Hai, angkat kakimu! Demi Allah, Dia tidak akan memberi ampunan kepadamu”. Belum lama setelah kejadian itu, Allah menurunkan wahyu kepada Abid itu: “Wahai orang yang bersumpah dengan nama-Ku, kamulah yang lebih layak tidak diberi ampunan”. Dengan kejadian itu Syekh Al-Harits al-Muhasibiy rah berkata : “Dia bersumpah karena merasa dirinya lebih mulia di sisi Allah swt. Sehingga timbullah rasa sombong dan ujub yang menyebabkan Allah tidak mengampuninya.”
Dan diceritakan pula oleh Asy-Sya’bi yang bersumber dari Khalil bin Ayyub.

Ada seorang laki-laki pada masa Bani Israel yang disebut sebagai Khali’ (orang yang paling banyak berbuat maksiat). Pada suatu saat lewatlah laki-laki lain yang disebut sebagai abid (orang yang paling banyak beribadah) dan di atas kepala Abid ada awan yang menauinginya. Maka berkatalah Khali’ di dalam hatinya : Aku Khali’ sedang dia Abid, maka jika duduk bersama Abid mudah-mudahan Allah Azza Wa Jalla member rahmat kepadaku, maka ia duduk bersamanya. Ketika Abid mengetahui dan Khali’ duduk di dekatnya, maka iapun berkata didalam hatinya: aku seorang Abid sedang dia seorang Khali’ duduk denganku, maka aku harus menjauhkan diri daripadanya. Dan berkatalah Abid kepada Khali’: pergilah kamu daripadaku! Maka tidak beberapa lama kemudian dari kejadian itu, Allah menurunkan wahyu lewat seorang Nabi di zaman itu kepada kedua orang itu dan memberi tahu kepadanya tetang  perbuatan yang lalu, bahwa Kholi’ ahli maksiat sungguh telah diampuni dosanya dan leburlah amal Abid.

0 komentar:

Post a Comment