Kemaksiatan yang menyebabkan rendah hati
lebih baik dari ketaatan yang menyebabkan sombong
معصية أورثت ذلاً وافتقاراً خير من طاعة أورثت عزاً
واستكباراً
“kemaksiatan yang mewarisi (mengakibatkan) kerendahan dan pengharapan
(rahmat Allah) itu lebih baik dari pada ketaatan yang mengakibatkan
perasaan mulia dan sombong” (Syekh Ibnu
Athoillah)
Perasaan hina dan rendah itu adalah sifat seorang hamba, sedang sifat mulia
dan agung adalah sifat Allah.
Oleh karena itu, perasaan hina yang disertai dengan mengharap rahmat Allah
setelah melakukan maksiat adalah lebih baik dari pada perasaan mulia dan
sombong setelah menjalani ketaatan.
Berkenaan dengan ini, ada sebuah cerita. Konon pada zaman dahulu ada
seorang laki-laki dari Bani Israel dengan tiba-tiba memijat lutut seorang abid
juga dari Bani Israel yang sedang bersujud. Serentak Abid itu membentaknya:
“Hai, angkat kakimu! Demi Allah, Dia tidak akan memberi ampunan kepadamu”.
Belum lama setelah kejadian itu, Allah menurunkan wahyu kepada Abid itu: “Wahai
orang yang bersumpah dengan nama-Ku, kamulah yang lebih layak tidak diberi
ampunan”. Dengan kejadian itu Syekh Al-Harits al-Muhasibiy rah berkata : “Dia
bersumpah karena merasa dirinya lebih mulia di sisi Allah swt. Sehingga
timbullah rasa sombong dan ujub yang menyebabkan Allah tidak mengampuninya.”
Dan diceritakan pula oleh
Asy-Sya’bi yang bersumber dari Khalil bin Ayyub.
Ada seorang laki-laki pada masa
Bani Israel yang disebut sebagai Khali’ (orang yang paling banyak berbuat
maksiat). Pada suatu saat lewatlah laki-laki lain yang disebut sebagai abid
(orang yang paling banyak beribadah) dan di atas kepala Abid ada awan yang
menauinginya. Maka berkatalah Khali’ di dalam hatinya : Aku Khali’ sedang dia
Abid, maka jika duduk bersama Abid mudah-mudahan Allah Azza Wa Jalla member
rahmat kepadaku, maka ia duduk bersamanya. Ketika Abid mengetahui dan Khali’
duduk di dekatnya, maka iapun berkata didalam hatinya: aku seorang Abid sedang
dia seorang Khali’ duduk denganku, maka aku harus menjauhkan diri daripadanya.
Dan berkatalah Abid kepada Khali’: pergilah kamu daripadaku! Maka tidak
beberapa lama kemudian dari kejadian itu, Allah menurunkan wahyu lewat seorang
Nabi di zaman itu kepada kedua orang itu dan memberi tahu kepadanya tetang perbuatan yang lalu, bahwa Kholi’ ahli
maksiat sungguh telah diampuni dosanya dan leburlah amal Abid.
0 komentar:
Post a Comment