Wednesday 19 October 2016

MAKALAH MODEL-MODEL IMPLEMENTASI KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                   Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti (menjadi kenyataan) jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya masyarakat, dan lain-lain.
                   Berbagai dimensi implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau perilaku, pengetahuan, dan internalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan implementasi kurikulum?
2.    Apa sajakah model-model implementasi kurikulum?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Model-model Implementasi Kurikulum
            Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Memahami model-model Implementasi kurikulum memungkinkan para pekerja kurikulum untuk mengidentifikasi kesulitan dalam implementasi dan untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Menurut Miller dan Seller (1985: 249), paling tidak ada tiga model implementasl kurikulum yang akomodatif terhadap persoalan yang muncul di lapangan.
                   Model-model implementasi kurikulum secara konseptual menurut Miller & Seller dapat disebutkan sebagai berikut: “Concer-Based Adoption Models (CBAM), The Inovations Profile Models, dan Trust Opening Realization Independence (TORI) Model”. Ketiga model tersebut berkaitan dengan pandangan bahwa implementasi kurikulum pada dasarnya mengandung sesuatu yang baru atau memiliki dimensi inovasi, terutama dibandingkan dengan kurikulum yang pernah ada. Lebih jelasnya akan dijelaskan berikut ini:
1.      Concer-Based Adoption Model (CBAM)
Concern  Based Adoption Model (CBAM) adalah suatu kerangka kerja dan satu set alat yang digunakan dari 25 tahun untuk memahami dan mengatur perubahan. CBAM bekerja dari asumsi bahwa perubahan adalah sebuah proses bukan peristiwa, perubahan adalah pengalaman pribadi, dan perubahan adalah perkembangan di kedua perasaan dan keterampilan[1].
Dikembangkan oleh Hall dan Loucks pada tahun 1978. Model implementasi kurikulum ini mengidentifikasi berbagai tingkatan perhatian guru terhadap suatu pembaharuan dan bagaimana guru mengadakan pembaharuan di dalam kelas. Walaupun bersifat deskriptif, tetapi model ini dapat membantu pengembang kurikulum dan para guru mengembangkan strategi-strategi implementasi. Model ini disebut juga transaction models.
Hall, George dan Rutherford (1986) mengemukakan bahwa kata Concerns (kekhawatiran) adalah  suatu perasaan dan pikiran tentang suatu inovasi atau program baru yang menyentuh kehidupan manusia[2]. Kata Based adalah dasar atau pendasi, kata Adoption adalah adopsi, dan pengambilan, sedangkan Model adalah adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi[3]. Jadi, Concerns Based Adoption Model (CBAM) adalah kerangka kerja konseptual yang mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi kemungkinan perilaku guru di seluruh sekolah dalam melakukan suatu bentuk perubahan guna meningkatkan pembelajaran dalam hal ini memberikan inovasi dalam pembelajaran yang berbasis kurikulum[4].
Bagaimana menggunakan pandangan individu sebagai pendekatan dalam sistem persekolahan. Semua perubahan dimulai dengan individu, dan melalui  perilaku perubahan mereka, institusi juga berubah. Perubahan terjadi ketika perhatian individu diberitahukan. Semua pribadi berubah, dan individu "membeli saham kongsi" perubahan yang mereka harus mempunyai kepemilikan kedua-duanya, yaitu perhatian dan proses. Lagipula, mereka harus memandang bahwa hasil dari implementasi mempunyai  suatu dampak pribadi atas profesionalisme hidup mereka. Sebab perubahan mulai dengan individu dan melibatkan individu sepanjang; seluruh proses perubahan, orang harus menyadari bahwa perubahan adalah suatu proses lambat; dan memerlukan waktu untuk mewujudkannya; individu memerlukan waktu untuk belajar ketrampilan baru, merumuskan attitudes baru.
Salah satu bentuk kekuatan CBAM yang memungkinkan para penguji untuk terus menggunakannya adalah menunjukkan fleksibilitas.Anderson mencatat bahwa banyaknya aplikasi penelitian CBAM telah dipublikasikan, diantaranya studi teoritis telah diterbitkan pada relevansi dari model untuk mengukur perubahan, dan khususnya perubahan sistem. Hall & Loucks juga mencatat bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan model CBAM. Penelitian ini mendukung pernyataan ini. Sementara belajar CBAM sebagai model perubahan teoritis sangat diperlukan, penerapan inovasi spesifik CBAM dibenarkan. Selanjutnya, asumsi di belakang CBAM perlu dieksplorasi, sebagai peneliti lebih memahami bagaimana pengaruh perubahan sistem.
Orientasi dalam pengembangan kurikulum menyangkut tujuh aspek yakni: prilaku, disiplin ilmu, masyarakat, pengembangan, proses kognitifhumanistic dan traspersonal. Disamping itu, orientasi menyangkut enam masalah pokok, yaitu:
1.      Tujuan Pendidikan: menunjukkan arah kegiatan.
2.      Kosepsi tentang anak: pandangan mengenai anak, apakah sebagai pelaku aktif atau pasif.
3.      Kosepsi tentang proses mengajar- belajar: aspek traspersonal, kehidupan batin anak dan perubahan tingkah laku.
4.      Kosepsi tentang lingkungan: pengaturan lingkungan untuk memperlancar belajar,
5.      Kosepsi tentang peranan guruotoriterdirective atau fasilitator, dan
6.      Evaluasi belajar, mengacu pada tes, eksperimental atau bersifat terbuka[5].
Implikasi pengembangan profesional menitik beratkan bahwa belajar akan membawa perubahan, yang mendukung masyarakat dalam perubahan itu adalah pentingnya untuk belajar untuk ”mengambil terus”. Satu model untuk perubahan dalam individu adalah CBAM, Concerns Based Adoption Model, berlaku untuk siapa pun yang sedang atau akan mengalami perubahan, yaitu kebijakan, guru, orang tua, siswa (Hall & Hord, Hord, Rutherford, Huling-Austin, & Hall, Loucks-Horsley & Stiegelbauer). Secara umum, pertanyaan yang lebih awal dalam berorientasi yakni: Apa itu? dan Bagaimana itu? Ketika pertanyaan terselesaikan, muncul pertanyaan yang berorientasi pada pelaksanaannya: Bagaimana cara melakukannya? Bagaimana cara menggunakannya? Bagaimana caranya mengatur? Dan Mengapa ia mengambil begitu banyak waktu? Akhirnya, segala bentuk itu dapat terselesaikan. Pendidik bertanya: Apakah perubahan ini bekerja bagi siswa? dan ada sesuatu yang akan bekerja lebih baik?[6].

2.      The Inovations Profile Model (TIPM)
Dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982, yang juga berfokus pada guru. Model implementasi kurikulum ini, memungkinkan para guru dan pengembang kurikulum untuk mengembangkan suatu gambaran (profile), hambatan-hambatan dalam melakukan perubahan, serta berupaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Model Leithwood ini tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga memberikan strategi-strategi bagi guru untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi. Kedua model di atas dapat digunakan dalam implementasi program yang memiliki orientasi beragam, serta kedua model ini paling sering digunakan dalam orientasi kurikulum transaksional (transaction curriculum).

3.      Trust Opening Realization Independence (TORI) Model
                   Dikembangkan oleh Gobb pada tahun 1978, yang didasarkan kepada orientasi kurikulum transformasional (transformation curriculum). Model implementasi kurikulum ini memfokuskan pada perubahan pribadi dan sosial. Model TORI ini memberikan suatu skala yang membantu para guru mengidentifikasi seberapa besar lingkungan sekolah dapat menerima dan mengimplementasikan suatu inovasi (termasuk dalam implementasi kurikulum); serta memberikan panduan untuk memudahkan implementasi perubahan.
Miller and Seller, 1985:246
Pengertian
“The putting into practice of an idea, program or set of activities which is new to the individual or organization using it.”
menetapkan sebuah ide, program atau serangkaian kegiatan yang baru bagi individu atau organisasi yang menggunakannya.
Model-Model     Implementasi
     1.   Concer Based Adaption Models (CBAM)
     (dikembangkan oleh Hall dan Loucks pada tahun 1978)
     2.   The Inovations Profile Models
     (dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982)
     3.   Trust Opening Realization Independence (TORI) Model
     (dikembangkan oleh Gobb pada tahun 1978)

Senada dengan hal tersebut Ornstain dan Hasan mengemukakan bahwa terdapat beberapa model implementasi kurikulum, yaitu:
1.    Overcoming Resistance to Change Model (Model ORC)
Model implementasi kurikulum ini, didasarkan pada asumsi yaitu sukses atau gagalnya usaha perubahan secara organisasi yang direncanakan. Implementasi inovasi di sekolah dan lembaga pendidikan, dapat dikelompokan menjadi empat tahap : (a) Unrellated Concern: pada level ini guru tidak merasakan hubungan antar mereka disarankan perubahan. (b) Personal Concern: pada tahap ini reaksi individual; pada inovasi berkaitan dengan situasi personal. Berkonsentrasi pada bagaimana program baru dibandingkan dengan program yang sedang berjalan, khususnya pada apa yang dia lakukan. (c)Task-Related Concern: berkaitan dengan manfaat aktual inovasi kelas. (4) Impact-Relatde Concern: ketika reaksi pada tahap ini, guru lebih berpusat pada bagaimana inovasi bisa mempengaruhi lainnya dalam hal ini organisasi keseluruhan. Guru tertarik dalam hal bagaimana program baru dapat memengaruhi siswa, lembaga dan masyarakat.
2.    Organization Divelopment Model (OD) 
merupakan pengembangan organisasi digunakan untuk memberi makna pendekatan yang lebih khusus untuk membawa perubahan dan perbaikan dalam suatu organisasi. Model OD memandang proses implementasi sebagai proses interaktif yang terjadi. Tugas dari implementasi tidak pernah berakhir dimana selalu ada ide baru untuk membawa program baru, material baru dan metode yang diharapkan untuk muncul.
3.    Educational Parts, Unit, And Loop
Model implementasi kurikulum ini,memandang implementasi dari sudut keorganisasian, organisasi bisa menciptakan kondisi-kondisi yang secara signifikan memengaruhi individu dalam menerima inovasi dan cara mereka dilibatkan dalam pengimplementasiannya. Program baru yang sedang diimplementasikan di sekolah memberikan kesempatan bagi semua pihak terkait seperti peserta didik, guru, ketua, dan kepala sekolah. Bagaimanapun, implementasi sukses akan membutuhkan energi, waktu dan kesabaran.
4.    Educational Change Model
Model implementasi kurikulum ini, memandang bahwa efektivitas dalam memanfaatkan implementasi tergantung seberapa baik orang menyerap keseluruhan konsep implementasi. Setiap orang yang ingin menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik perubahan perlu dipertimbangkan. Model-model implementasi kurikulum tersebut, menawarkan berbagai macam model implementasi yang dikembangkan oleh guru. Model ORC misalnya menekankan pentingnya manajemen guru dan pemimpin. Model OD menekankan adanya perubahan dan perbaikan dalam suatu organisasi[7].












BAB III
SIMPULAN

Memahami model-model Implementasi kurikulum memungkinkan para pekerja kurikulum untuk mengidentifikasi kesulitan dalam implementasi dan untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Menurut Miller dan Seller (1985: 249), yaitu:. 1. Concer Based Adaption Models (CBAM) (dikembangkan oleh Hall dan Loucks pada tahun 1978), 2.  The Inovations Profile Models (dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982), 3. Trust Opening Realization Independence (TORI) Model (dikembangkan oleh Gobb pada tahun 1978).
Ornstain dan Hasan mengemukakan bahwa terdapat beberapa model implementasi kurikulum, yaitu: Overcoming Resistance to Change Model (Model ORC), Organization Divelopment Model (OD), Educational Parts, Unit, And Loop, Educational Change Model.




DAFTAR PUSTAKA

Dirjen PMPTK.2008. Manajemen Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan  Pendidikan. Jakarta:
George J, Posner. 1992. Analyzing the Curriculum. New York: McGraw Hill. Hamalik, Oemar. 2007. Implementasi Kurikulum. Bandung: Yayasan al-Madani Terpadu.
Hamalik, oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Sadirman, M. 1998. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Posner George J, Analyzing the Curriculum (New York: McGraw Hill, 1992).
Oemar Hamalik,Implementasi Kurikulum (Bandung: Yayasan al-Madani Terpadu 2007).
M. Sadirman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 1998).

PEMAKALAH : SALMAN









[1] Tim Penyusun. Matematikan Standar Manajemen, h.1.
[2] Scott W. Slough dan Gregory E. Chamblee.Teknologi sebagai suatu Inovasi dalam Pengajaran Sains dan Matematika, 2007, h.222.
[3] Wiki. Model. (diakses dari internet: http://id.wikipedia.org/wiki/model, 2009) h. 1.
[4] Gene E. Hall, Shirley M. Hord. Mengukur Pelaksanaan di Sekolah: Menggunakan Tools dari Concerns Based Adoption Model (CBAM)(Terjemahan), 2009), h.1.

[5] Azni Asnidawati. Prinsip – prinsip  dalam  Pengembangan. (Diakses dari internet: http://thita- lil.blogspot.com/2008/06/prinsip –prinsip-dalam-pengembangan/, 2008) h 1-2.
[6] Susan Loucks-Horsley. Standar Nasional Sains dan Kurikulum: The Concerns-Based Adoption Model (CBAM):Sebuah Model untuk Perubahan Individu (diakses dari internet: http://www.nationalacademis.org/rise/backg4a/.edisi.III:Dubuque,Iowa:Kendall/Hunt Publishing Co, 1996) h. 5.
[7] Oemar Hamalik,Implementasi Kurikulum (Bandung: Yayasan al-Madani Terpadu 2007). 

0 komentar:

Post a Comment