BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebuah
kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti (menjadi kenyataan) jika
tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di
kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap
pengaruh faktor-faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya
masyarakat, dan lain-lain.
Berbagai
dimensi implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi
kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau perilaku, pengetahuan,
dan internalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek
perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini
mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter,
strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan implementasi kurikulum?
2. Apa sajakah
model-model implementasi kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model-model
Implementasi Kurikulum
Implementasi
kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum
ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi
perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Memahami
model-model Implementasi kurikulum memungkinkan para pekerja kurikulum untuk
mengidentifikasi kesulitan dalam implementasi dan untuk mengembangkan strategi
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Menurut Miller dan Seller (1985: 249), paling tidak ada tiga model implementasl kurikulum yang akomodatif terhadap persoalan yang muncul di
lapangan.
Model-model implementasi
kurikulum secara konseptual menurut Miller & Seller dapat disebutkan
sebagai berikut: “Concer-Based Adoption Models (CBAM), The Inovations Profile
Models, dan Trust Opening Realization Independence (TORI) Model”. Ketiga model
tersebut berkaitan dengan pandangan bahwa implementasi kurikulum pada dasarnya
mengandung sesuatu yang baru atau memiliki dimensi inovasi, terutama
dibandingkan dengan kurikulum yang pernah ada. Lebih jelasnya akan dijelaskan
berikut ini:
1. Concer-Based Adoption Model (CBAM)
Concern Based
Adoption Model (CBAM) adalah suatu kerangka kerja dan satu set alat yang
digunakan dari 25 tahun untuk memahami dan mengatur perubahan. CBAM bekerja
dari asumsi bahwa perubahan adalah sebuah proses bukan peristiwa, perubahan
adalah pengalaman pribadi, dan perubahan adalah perkembangan di kedua perasaan
dan keterampilan[1].
Dikembangkan oleh Hall dan Loucks pada tahun 1978.
Model implementasi kurikulum ini mengidentifikasi berbagai tingkatan perhatian
guru terhadap suatu pembaharuan dan bagaimana guru mengadakan pembaharuan di
dalam kelas. Walaupun bersifat deskriptif, tetapi model ini dapat membantu pengembang
kurikulum dan para guru mengembangkan strategi-strategi implementasi. Model ini
disebut juga transaction models.
Hall, George dan Rutherford (1986)
mengemukakan bahwa kata Concerns (kekhawatiran) adalah
suatu perasaan dan pikiran tentang suatu inovasi atau program baru yang
menyentuh kehidupan manusia[2].
Kata Based adalah dasar atau pendasi, kata Adoption adalah
adopsi, dan pengambilan, sedangkan Model adalah adalah
rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem,
atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi[3].
Jadi, Concerns Based Adoption Model (CBAM) adalah kerangka
kerja konseptual yang mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi kemungkinan
perilaku guru di seluruh sekolah dalam melakukan suatu bentuk perubahan guna
meningkatkan pembelajaran dalam hal ini memberikan inovasi dalam pembelajaran
yang berbasis kurikulum[4].
Bagaimana menggunakan pandangan
individu sebagai pendekatan dalam sistem persekolahan. Semua perubahan dimulai
dengan individu, dan melalui perilaku perubahan mereka, institusi juga
berubah. Perubahan terjadi ketika perhatian individu diberitahukan. Semua
pribadi berubah, dan individu "membeli saham kongsi" perubahan yang
mereka harus mempunyai kepemilikan kedua-duanya, yaitu perhatian dan proses.
Lagipula, mereka harus memandang bahwa hasil dari implementasi mempunyai
suatu dampak pribadi atas profesionalisme hidup mereka. Sebab perubahan mulai
dengan individu dan melibatkan individu sepanjang; seluruh proses perubahan, orang
harus menyadari bahwa perubahan adalah suatu proses lambat; dan memerlukan
waktu untuk mewujudkannya; individu memerlukan waktu untuk belajar ketrampilan
baru, merumuskan attitudes baru.
Salah satu bentuk kekuatan CBAM yang
memungkinkan para penguji untuk terus menggunakannya adalah menunjukkan
fleksibilitas.Anderson mencatat bahwa banyaknya aplikasi penelitian CBAM telah
dipublikasikan, diantaranya studi teoritis telah diterbitkan pada relevansi
dari model untuk mengukur perubahan, dan khususnya perubahan sistem. Hall &
Loucks juga mencatat bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan
model CBAM. Penelitian ini mendukung pernyataan ini. Sementara belajar CBAM
sebagai model perubahan teoritis sangat diperlukan, penerapan inovasi spesifik
CBAM dibenarkan. Selanjutnya, asumsi di belakang CBAM perlu dieksplorasi,
sebagai peneliti lebih memahami bagaimana pengaruh perubahan sistem.
Orientasi dalam pengembangan
kurikulum menyangkut tujuh aspek yakni: prilaku, disiplin ilmu, masyarakat,
pengembangan, proses kognitif, humanistic dan traspersonal.
Disamping itu, orientasi menyangkut enam masalah pokok, yaitu:
1.
Tujuan Pendidikan:
menunjukkan arah kegiatan.
2.
Kosepsi tentang anak: pandangan
mengenai anak, apakah sebagai pelaku aktif atau pasif.
3.
Kosepsi tentang proses mengajar-
belajar: aspek traspersonal, kehidupan batin anak dan perubahan tingkah laku.
4.
Kosepsi tentang lingkungan: pengaturan
lingkungan untuk memperlancar belajar,
5.
Kosepsi tentang peranan guru: otoriter, directive atau fasilitator,
dan
Implikasi pengembangan profesional
menitik beratkan bahwa belajar akan membawa perubahan, yang mendukung
masyarakat dalam perubahan itu adalah pentingnya untuk belajar untuk ”mengambil
terus”. Satu model untuk perubahan dalam individu adalah CBAM, Concerns
Based Adoption Model, berlaku untuk siapa pun yang sedang atau akan
mengalami perubahan, yaitu kebijakan, guru, orang tua, siswa (Hall & Hord,
Hord, Rutherford, Huling-Austin, & Hall, Loucks-Horsley &
Stiegelbauer). Secara umum, pertanyaan yang lebih awal dalam berorientasi
yakni: Apa itu? dan Bagaimana itu? Ketika pertanyaan terselesaikan, muncul
pertanyaan yang berorientasi pada pelaksanaannya: Bagaimana cara melakukannya?
Bagaimana cara menggunakannya? Bagaimana caranya mengatur? Dan Mengapa ia
mengambil begitu banyak waktu? Akhirnya, segala bentuk itu dapat terselesaikan.
Pendidik bertanya: Apakah perubahan ini bekerja bagi siswa? dan ada sesuatu
yang akan bekerja lebih baik?[6].
2. The Inovations Profile Model (TIPM)
Dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982, yang juga
berfokus pada guru. Model implementasi kurikulum ini, memungkinkan para guru
dan pengembang kurikulum untuk mengembangkan suatu gambaran (profile),
hambatan-hambatan dalam melakukan perubahan, serta berupaya untuk mengatasi
hambatan tersebut. Model Leithwood ini tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi
juga memberikan strategi-strategi bagi guru untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam implementasi. Kedua model di atas dapat digunakan dalam implementasi
program yang memiliki orientasi beragam, serta kedua model ini paling sering
digunakan dalam orientasi kurikulum transaksional (transaction curriculum).
3. Trust Opening Realization Independence (TORI) Model
Dikembangkan
oleh Gobb pada tahun 1978, yang didasarkan kepada orientasi kurikulum
transformasional (transformation curriculum). Model implementasi kurikulum ini
memfokuskan pada perubahan pribadi dan sosial. Model TORI ini memberikan suatu
skala yang membantu para guru mengidentifikasi seberapa besar lingkungan
sekolah dapat menerima dan mengimplementasikan suatu inovasi (termasuk dalam
implementasi kurikulum); serta memberikan panduan untuk memudahkan implementasi
perubahan.
Miller and Seller, 1985:246
Pengertian
|
“The
putting into practice of an idea, program or set of activities which is new
to the individual or organization using it.”
menetapkan
sebuah ide, program atau serangkaian kegiatan yang baru bagi individu atau
organisasi yang menggunakannya.
|
Model-Model
Implementasi
|
1. Concer Based Adaption Models (CBAM)
(dikembangkan oleh Hall dan Loucks pada tahun 1978)
2. The Inovations Profile Models
(dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982)
3. Trust Opening Realization Independence (TORI) Model
(dikembangkan oleh Gobb pada tahun 1978)
|
Senada
dengan hal tersebut Ornstain dan Hasan mengemukakan bahwa terdapat beberapa
model implementasi kurikulum, yaitu:
1. Overcoming Resistance to
Change Model (Model ORC)
Model implementasi kurikulum ini,
didasarkan pada asumsi yaitu sukses atau gagalnya usaha perubahan secara
organisasi yang direncanakan. Implementasi inovasi di sekolah dan lembaga
pendidikan, dapat dikelompokan menjadi empat tahap : (a) Unrellated Concern: pada level ini guru tidak merasakan
hubungan antar mereka disarankan perubahan. (b) Personal Concern: pada tahap ini reaksi individual; pada
inovasi berkaitan dengan situasi personal. Berkonsentrasi pada bagaimana
program baru dibandingkan dengan program yang sedang berjalan, khususnya pada
apa yang dia lakukan. (c)Task-Related
Concern: berkaitan dengan
manfaat aktual inovasi kelas. (4) Impact-Relatde
Concern: ketika reaksi pada
tahap ini, guru lebih berpusat pada bagaimana inovasi bisa mempengaruhi lainnya
dalam hal ini organisasi keseluruhan. Guru tertarik dalam hal bagaimana program
baru dapat memengaruhi siswa, lembaga dan masyarakat.
2. Organization Divelopment
Model (OD)
merupakan pengembangan organisasi
digunakan untuk memberi makna pendekatan yang lebih khusus untuk membawa
perubahan dan perbaikan dalam suatu organisasi. Model OD memandang proses
implementasi sebagai proses interaktif yang terjadi. Tugas dari implementasi
tidak pernah berakhir dimana selalu ada ide baru untuk membawa program baru,
material baru dan metode yang diharapkan untuk muncul.
3. Educational Parts, Unit,
And Loop
Model implementasi kurikulum
ini,memandang implementasi dari sudut keorganisasian, organisasi bisa
menciptakan kondisi-kondisi yang secara signifikan memengaruhi individu dalam
menerima inovasi dan cara mereka dilibatkan dalam pengimplementasiannya. Program
baru yang sedang diimplementasikan di sekolah memberikan kesempatan bagi semua
pihak terkait seperti peserta didik, guru, ketua, dan kepala sekolah.
Bagaimanapun, implementasi sukses akan membutuhkan energi, waktu dan kesabaran.
4. Educational Change Model
Model implementasi kurikulum ini,
memandang bahwa efektivitas dalam memanfaatkan implementasi tergantung seberapa
baik orang menyerap keseluruhan konsep implementasi. Setiap orang yang ingin
menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik perubahan perlu
dipertimbangkan. Model-model implementasi kurikulum tersebut, menawarkan
berbagai macam model implementasi yang dikembangkan oleh guru. Model ORC
misalnya menekankan pentingnya manajemen guru dan pemimpin. Model OD menekankan
adanya perubahan dan perbaikan dalam suatu organisasi[7].
BAB III
SIMPULAN
Memahami model-model Implementasi
kurikulum memungkinkan para pekerja kurikulum untuk mengidentifikasi kesulitan
dalam implementasi dan untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
tersebut. Menurut Miller dan Seller
(1985: 249), yaitu:. 1. Concer Based Adaption Models (CBAM) (dikembangkan oleh Hall
dan Loucks pada tahun 1978), 2. The
Inovations Profile Models (dikembangkan oleh Leithwood pada tahun 1982), 3. Trust
Opening Realization Independence (TORI) Model (dikembangkan oleh Gobb pada
tahun 1978).
Ornstain dan Hasan mengemukakan bahwa
terdapat beberapa model implementasi kurikulum, yaitu: Overcoming
Resistance to Change Model (Model ORC),
Organization
Divelopment Model (OD),
Educational
Parts, Unit, And Loop,
Educational
Change Model.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen PMPTK.2008. Manajemen
Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
George J, Posner. 1992. Analyzing the
Curriculum. New York: McGraw Hill. Hamalik, Oemar. 2007. Implementasi
Kurikulum. Bandung: Yayasan al-Madani Terpadu.
Hamalik, oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Sadirman, M. 1998. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Posner George J, Analyzing the Curriculum (New York: McGraw Hill, 1992).
Oemar Hamalik,Implementasi Kurikulum (Bandung: Yayasan al-Madani Terpadu
2007).
M. Sadirman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 1998).
PEMAKALAH : SALMAN
[1] Tim Penyusun. Matematikan
Standar Manajemen, h.1.
[2] Scott W. Slough dan Gregory E. Chamblee.Teknologi sebagai suatu Inovasi
dalam Pengajaran Sains dan Matematika, 2007, h.222.
[4] Gene E. Hall, Shirley M. Hord. Mengukur
Pelaksanaan di Sekolah: Menggunakan Tools dari Concerns Based Adoption Model
(CBAM)(Terjemahan), 2009), h.1.
[5] Azni Asnidawati. Prinsip –
prinsip dalam Pengembangan. (Diakses dari internet:
http://thita- lil.blogspot.com/2008/06/prinsip –prinsip-dalam-pengembangan/,
2008) h 1-2.
[6] Susan Loucks-Horsley. Standar Nasional Sains
dan Kurikulum: The Concerns-Based Adoption Model (CBAM):Sebuah Model untuk
Perubahan Individu (diakses dari internet:
http://www.nationalacademis.org/rise/backg4a/.edisi.III:Dubuque,Iowa:Kendall/Hunt
Publishing Co, 1996) h. 5.
0 komentar:
Post a Comment