Thursday, 14 November 2024

Membangun Kualitas Pengajaran dalam Studi Ilmu-ilmu Keislaman: Pendekatan, Tujuan, dan Strategi

Kuliah ini disampaikan oleh: Dr. Rabi' Hamu (Dosen Universitas Ibn Thufail Kenitra Maroko)

Pengajaran ilmu-ilmu keislaman memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga eksistensi budaya, identitas umat, dan menyiapkan generasi yang kompeten dalam peran sosial serta keagamaan. Pada dasarnya, ilmu keislaman tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual atau teologi kepada umat, tetapi juga untuk membentuk fondasi peradaban Islam yang mampu memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai individu maupun komunitas. Artikel ini akan mengulas beberapa alasan utama mengapa ilmu keislaman penting untuk dipelajari, mendefinisikan konsep pengajaran dalam konteks ilmu keislaman, dan menyoroti berbagai strategi serta solusi yang dapat diimplementasikan dalam menghadapi perbedaan kemampuan siswa.

Alasan Utama Pentingnya Studi Ilmu Keislaman

Ada beberapa alasan utama yang mendasari pentingnya studi ilmu keislaman di tengah masyarakat modern ini. Alasan-alasan ini mencakup:

1. Memelihara Eksistensi Peradaban dan Identitas Umat

Salah satu alasan utama dari pengajaran ilmu keislaman adalah untuk menjaga keberadaan peradaban Islam dan identitas umat. Dalam kerangka keilmuan, ini termasuk dalam kategori menjaga agama (hifz al-din) pada level yang vital, yaitu menyeluruh dan kolektif. Tanpa pemahaman mendalam mengenai nilai dan prinsip-prinsip Islam, umat akan kehilangan identitas budaya dan peradaban mereka. Contohnya, pengajaran sejarah peradaban Islam, seperti kisah para khalifah, para ulama, dan ilmuwan Islam klasik, menjadi alat yang kuat untuk membangun pemahaman tentang pentingnya ilmu keislaman dalam memelihara warisan budaya umat.


2. Membentuk Tenaga Pengajar Pendidikan Agama Islam

Tujuan penting lainnya adalah mempersiapkan tenaga pengajar yang kompeten di bidang pendidikan agama Islam. Dengan adanya pengajar yang mumpuni, generasi muda dapat lebih mudah memahami ajaran Islam yang benar. Pengajaran ini termasuk keterampilan seperti cara mengajar Al-Qur’an, hadits, dan fikih. Para pengajar ini akan memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk karakter islami generasi penerus.


3. Menyiapkan Pembimbing, Khatib, dan Dai

Selain mengajarkan ilmu, salah satu tujuan pendidikan keislaman adalah membekali individu untuk menjadi pembimbing spiritual, seperti khatib, dai, dan pembimbing agama di berbagai institusi sosial. Mereka adalah ujung tombak yang akan membawa ajaran Islam ke masyarakat umum, misalnya melalui khutbah Jumat di masjid atau dakwah dalam acara komunitas. Dalam tugasnya, seorang dai atau khatib tidak hanya memerlukan pengetahuan agama, tetapi juga kepekaan sosial agar mampu memberikan pemahaman yang relevan dengan kondisi masyarakat setempat.


4. Mengembangkan Mediator Keluarga dan Ahli Hukum Syariah

Pengajaran ilmu keislaman juga bertujuan untuk mempersiapkan individu yang mampu menjadi mediator keluarga dan ahli hukum syariah. Misalnya, dalam hukum waris, peran ahli hukum syariah sangat diperlukan untuk menyelesaikan persoalan dengan bijak berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam. Selain itu, para mediator keluarga diperlukan untuk membantu keluarga dalam penyelesaian konflik rumah tangga sesuai dengan ajaran Islam.


5. Mengembangkan Penelitian dalam Ijtihad dan Tajdid

Salah satu tujuan pendidikan keislaman yang sangat penting adalah mendorong penelitian dalam isu-isu kontemporer yang memerlukan ijtihad atau pembaruan (tajdid). Di tengah perkembangan zaman, banyak masalah baru yang belum ada presedennya dalam kitab-kitab klasik. Contohnya adalah masalah fiqih kontemporer seperti transaksi online, teknologi medis, dan hukum bisnis modern. Dengan mendorong penelitian di bidang ini, umat Islam dapat menghadapi tantangan zaman dengan solusi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.


Memahami Konsep Pengajaran

Konsep pengajaran dalam ilmu keislaman tidak sekadar tindakan mentransfer ilmu dari pengajar ke siswa. Ini lebih kompleks dan mendalam dari sekadar penyampaian informasi. Pengajaran yang baik melibatkan transformasi kreatif, yaitu mengemas ilmu yang semula bersifat abstrak atau teoritis ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh siswa.

Sebagai contoh, dalam mengajarkan konsep tauhid (keesaan Allah), pengajar tidak hanya menjelaskan bahwa Allah itu Esa. Mereka juga perlu memberikan contoh bagaimana tauhid mempengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti menjaga sikap jujur karena Allah Maha Melihat dan melaksanakan ibadah dengan ikhlas karena Allah Maha Mengetahui. Dengan cara ini, konsep tauhid tidak hanya menjadi teori, tetapi juga menjadi nilai yang dipahami dan dihayati dalam tindakan.


Dasar Pembentukan Ilmu dan Tantangan Pengajarannya

Ilmu keislaman dibangun di atas fondasi yang kuat oleh ulama terdahulu, yang telah menciptakan sistem keilmuan yang koheren dan metodologis. Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengajaran ilmu keislaman saat ini adalah adanya kesenjangan antara realitas dan ekspektasi dalam pembelajaran. Dalam banyak kasus, apa yang diharapkan dari siswa dalam memahami ilmu keislaman sering kali berbeda dengan kenyataan yang mereka alami.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan siswa saat ini. Misalnya, untuk menghadapi kesenjangan pemahaman siswa dalam memahami bahasa Arab sebagai bahasa sumber ilmu keislaman, pengajar bisa memulai dengan memperkenalkan kosakata dasar yang sering muncul dalam Al-Qur’an dan hadits. Pendekatan ini membantu siswa agar merasa lebih familiar dengan bahasa sumber sebelum mempelajari teks yang lebih kompleks.


Tujuan Pengajaran Ilmu Keislaman

Secara umum, tujuan utama dari pengajaran ilmu keislaman adalah menghasilkan kemampuan (al-malikah) yang kuat pada siswa. Al-malikah merujuk pada kemampuan mendalam untuk memahami dasar-dasar dari disiplin ilmu tertentu, serta kemampuan untuk mengungkapkan tujuan dan makna dari ilmu tersebut. Contohnya, dalam mempelajari fikih, siswa diharapkan tidak hanya memahami aturan-aturan hukum, tetapi juga prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan dari setiap hukum tersebut, sehingga mereka mampu berpikir kritis dan bijak dalam menghadapi situasi yang belum ada hukumnya.


Prinsip dan Pendekatan dalam Pengajaran Ilmu Keislaman

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diikuti dalam pengajaran ilmu keislaman, yaitu:

1. Memahami Gambaran Besar sebelum Detail

Dalam belajar ilmu keislaman, siswa perlu memahami konsep besar atau gambaran keseluruhan sebelum mempelajari rincian. Misalnya, dalam mempelajari fikih ibadah, seorang siswa perlu mengetahui konsep dasar dari ibadah (seperti taharah atau kesucian) sebelum mempelajari detail tata cara wudhu atau shalat. Dengan memahami konsep besar, siswa akan lebih mudah memahami detail-detail berikutnya.


2. Prioritaskan Fungsi dan Pemahaman yang Penting

Dalam pengajaran ilmu keislaman, penting untuk menekankan konsep-konsep penting sebelum mendalami bagian yang lebih spesifik. Pendekatan ini dikenal sebagai prinsip "prioritas fungsi," yaitu memulai dari pengetahuan yang paling penting atau paling mendasar. Contohnya, dalam mengajarkan hukum waris, pengajar bisa memulai dengan dasar-dasar pembagian harta sesuai prinsip Al-Qur’an sebelum mempelajari rincian pembagian untuk setiap ahli waris.


3. Mengakomodasi Perbedaan Individu Siswa

Setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda, sehingga penting bagi pengajar untuk menyusun metode pengajaran yang mampu mengakomodasi perbedaan ini. Sebagai contoh, bagi siswa yang memiliki kesulitan dalam memahami bahasa Arab, pengajar bisa menggunakan metode visual atau audio untuk memperjelas makna kata dan kalimat. Pendekatan ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.


Pentingnya Diskusi dan Pertanyaan dalam Pengajaran Ilmu Keislaman

Diskusi dan tanya jawab adalah metode yang sangat efektif dalam pengajaran ilmu keislaman. Metode ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mengasah kemampuan analitis mereka. Misalnya, ketika mempelajari konsep halal dan haram dalam fikih, siswa dapat diajak untuk mendiskusikan beberapa contoh kasus kontemporer seperti penggunaan teknologi, gaya hidup modern, dan etika kerja dalam perspektif Islam.

Diskusi ini tidak hanya membantu siswa memahami materi secara lebih mendalam, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka, sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan keislaman dalam kehidupan sehari-hari.


Kesimpulan

Pengajaran ilmu keislaman memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan komprehensif, dimulai dari pemahaman konsep besar sebelum mendalami detail. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran yang sesuai, serta mengakomodasi perbedaan individu di antara siswa, proses pembelajaran ilmu keislaman dapat berjalan lebih efektif dan relevan. Hal ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk memahami ilmu keislaman dengan baik, tetapi juga mendorong mereka untuk menjadi individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan berkontribusi pada kemajuan peradaban Islam. 

0 komentar:

Post a Comment